Menganti…, nama pantai ini saya dapat setelah seorang teman memberitahukan bahwa disekitaran Gombong ada sebuah pantai yang cukup bagus. Rasa penasaran ingin mengunjungi pantai ini bertambah ketika hasil googling menunjukkan jika pantai ini merupakan satu-satunya pantai yang berpasir putih diantara pantai yang terdapat di daerah Gombong dan Kebumen.
Ketika pantai menganti sudah dapat terlihat dari kejauhan, yang benar-benar kontras memang pasir-nya yang putih. Ombaknya yang cukup besar di Pantai Menganti, dan lokasinya yang dijadikan tempat bersandarnya perahu nelayan membuat pantai ini tidak cocok untuk berenang, namun sangat sesuai bila dijadikan tempat untuk menunggu atau menanti. Konon kata menganti memang berasal dari menanti…, kisah cinta seorang panglima perang dari Kerajaaan Majapahit dengan kekasihnya yang tidak disetujui raja. Mereka berjanji untuk bertemu di pantai ini, namun kekasihnya tersebut tidak pernah datang dan Panglima perang itu tersebut terus saja menanti.
Saat saya tiba disini bersama seorang kawan, tempat yang kami tuju pertama kali adalah salah satu warung yang ada disana. Beberapa warung yang ada disekitar pantai sangat sesuai dijadikan tempat untuk berteduh, disaat sinar matahari begitu menyengat kulit kami. Warung ini juga menjadi tempat strategis untuk mengamati lingkungan sekitar Pantai Menganti. Waktu berkunjung saya yang cuma sebentar, membuat saya dan kawan saya tidak menghiraukan panasnya matahari untuk segera melanjutkan langkah kaki ke sebuah bukit, agar dapat melihat keindahan Pantai Menganti dari atas.
Pemandangan dari atas bukit juga tidak kalah bagus, teriknya matahari sejenak terlupa dengan keindahan Pantai Menganti ketika dilihat dari atas. Lagi-lagi kesadaran akan waktu yang terbatas membuat saya dan kawan saya hanya menghabiskan waktu sejenak, karena tujuan berikutnya adalah pantai dibawah tebing.
Disini pantainya dipenuhi oleh karang-karang landai, dan relatif sepi. Pemandangan pantai Menganti juga berbeda, dinding tebing tinggi yang berada dihadapan pantai membuat saya sadar bahwa manusia itu sebenarnya begitu kecil, sedang deburan ombak pantai selatan yang cukup besar itu juga semakin terasa kala kita berada disisi ini.
Akhirnya waktu menunjukkan jam 2 siang, sudah waktunya saya dan kawan saya untuk segera meninggalkan pantai ini. Dua pertanyaan terlintas di pikiran saya, yang pertama adalah dimanakah sang panglima menanti kekasihnya pada saat itu, di tempat perahu nelayan yang sekarang bersandar, diatas bukit, ataukah dibawah tebing ? sebuah pertanyaan yang tidak mungkin saya jawab, karena ketiga tempat tersebut memberikan pemandangan cantik yang berbeda. Sedangkan pertanyaan kedua adalah akankah saya kembali ? Untuk pertanyaan ini saya sangat yakin mampu menjawabnya, bila ada kesempatan saya tentu akan kembali ke Pantai Menganti, untuk menanti…., iya menanti matahari terbenam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar