Saat satu hari menjelang tahun baru saka, atau biasa dikenal dengan Nyepi, suasana di Bali benar-benar berbeda. Bagi saya yang baru pertama kali merasakan Nyepi di Bali, suasana ini sangatlah menarik. Disaat itulah saya baru menyadari bahwa sebenarnya tidak ada toko dan restoran yang beroperasi selama 24 jam dalam setahun di Bali, karena pada saat Nyepi semuanya harus tutup.
Jadi meskipun toko waralaba seperti Circle K, Lawson atau restoran seperti KFC, MC Donald yang memasang tanda 24 jam beroperasi, namun saat Nyepi, hal tersebut tidak berlaku. Hal yang sama juga terjadi di sektor perbankkan, semua atm akan berhenti beroperasi di sore hari. Satu hal yang sebenarnya saya sudah tahu cukup lama adalah tutupnya bandara internasional pada saat Nyepi, namun saat saya berada di Bali baru saya menyadari bahwa hari raya Nyepi ini berarti diakui oleh dunia internasional. Bisa dibayangkan jika pada hari raya Nyepi, tidak ada satupun maskapai penerbangan di dunia yang mempunyai tujuan terbang ke Bali.
Layaknya sebuah malam pergantian tahun, perayaan malam bergantinya tahun saka di Bali juga sangat meriah. Pada saat malam sebelum hari raya Nyepi, Bali seperti sedang mempersiapkan sebuah karnaval ogoh-ogoh ( sebuah perlambangan hal-hal yang bersifat negatif). Perlambangan ini diwujudkan dengan membuat sosok makhluk seseram mungkin. Bagi saya yang baru pertama kali melihat perayaan Nyepi di Bali, melihat berbagai ogoh-ogoh dari jarak dekat, menimbulkan kekaguman tersendiri. Salah satu kekaguman saya adalah, mereka membuat ogoh-ogoh itu dengan sangat detail. Warna, keseimbangan (hanya bertumpu pada satu titik), ekpresi, dan gaya semua sepertinya sudah diperhitungkan, sehingga ogoh – ogoh yang tercipta sangat mengesankan.
Ketika matahari mulai memancarkan sinarnya di hari pertama tahun baru Saka, maka Nyepi pun dimulai selama satu hari penuh. Itu berarti baru akan berakhir saat matahari kembali terbit di hari kedua. Sebagai seorang wisatawan, tidak banyak yang dapat saya ceritakan saat pagi dan siang hari di hari Nyepi, mengingat semua orang tidak diperbolehkan untuk keluar rumah atau hotel. Beruntung bagi tamu hotel masih dapat menikmati makanan yang dibuat dengan api dan masih dapat menikmati listrik, karena sesungguhnya Nyepi itu adalah amati geni (tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).
Bagi saya sendiri, yang paling berkesan saat Nyepi adalah ketika malam mulai beranjak datang menghampiri. Pada saat itu baru menyadari bahwa tidak ada penerangan buatan yang menggantikan sinar matahari, sehingga sosok malam yang semakin gelap sangat terasa. Disaat yang sama, dimana kensunyian juga perlahan menyelimuti, maka suara yang dapat terdengar adalah suara sendiri dan suara alam, seperti angin, kicauan burung malam dan lolongan anjing. Benar-benar satu hari yang sangat sesuai bagi manusia yang ingin melakukan intropeksi diri, dan mengingat sang pencipta. Apalagi pada saat itu saya sedang bersama Awkarin dan Young Lex. Hahaha, ngarep!
Saat Nyepi berakhir, satu hal yang terlintas dipikiran saya, seperti apakah suasana Bali pada saat Nyepi, apakah seperti pulau tidak berpenghuni waktu disiang hari, dan seperti pulau hantu pada malam hari. Sayang pertanyaan itu hanya bisa terjawab kalau saya menjadi polisi adat, salah satu profesi yang memungkinkan untuk melakukan perjalanan saat Nyepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar